Posted by: bachtiar hakim | October 14, 2008

Lagi dan lagi Kepincut Tintin



Wah, cerita yang keluar dari mulut Pak Sahala tentang liputan investigasi sangatlah menantang. Kebetulan, semester ini saya mengambil mata kuliah penulisan berita mendalam. Tadinya saya ingin meliput tentang penyelundupan minyak tanah tapi tidak jadi karena topiknya ditolak mentah-mentah. Akhirnya terpilihlah topik “alat musik tradisional Jawa Barat terancam punah”. Tentu topik ini memiliki resiko keamanan pribadi yang lebih kecil daripada topik pertama.

Huaahhh… padahal saya pengen sekali mencoba pengalaman edan si “Jambul” Tintin. Matakuliah penulisan berita mendalam ini ini bisa menjadi ajang dalam mendapatkan pengalaman baru itu. Entah karena ada matakuliah itu saya jadi lebih semangat mengerjakan tugas. Investigasi? sebetulnya tiga tahun lalu saya pernah merasakannya di Lembaga Pers Kampus dJatinnagor. Waktu itu saya disuruh meliput tentang sindikat pembuat skripsi. Seru juga tapi kurang menantang karena tugas satu liputan “dikeroyok” oleh lebih dari lima orang anggota tim.

Lagi-lagi kepincut Tintin. Sejak kecil saya senang sekali menonton serial kartun Tintin. Setiap tayangannya benar-benar seru dan menantang. Tintin berani mengambil resiko atas keputusannya yang harus diambil dengan cepat. Liputannya rata-rata mengandung resiko yang sangat tinggi. Sampai-sampai ia berani pasang nyawa.

Tintin adalah wartawan koran Le Petit Vingtieme asal Brussel, Belgia, dan perkerjaannya menuntut dia untuk selalu memburu berita hingga ke luar negeri.Di setiap misi-nya Tintin hampir bisa dipastikan akan dikejar-kejar geng penjahat, entah penjahat baru kenal ataupun penjahat bawaan dari misi sebelumnya. Dengan begitu, pembaca jadi mudah familiar dengan tokoh-tokoh di komik Tintin. Di setiap petualangan, penulis Hergé tidak lupa menyisipkan sindiran-sindiran atau lelucon yang sesuai dengan kultur budaya atau politik tempat Tintin berada.

Untungnya ada komik Tintin. Komik ini tidak kalah seru dengan serailnya di TV. Coba baca “Tintin di Tanah Soviet” . Ceritanya agak berbeda dari yang lain karena isinya masih hitam putih dan gambarnya masih megal-megol. Penampilan Tintin pun terlihat lebih gempal dan macho dibanding penampilannya di petualangan-petualangan selanjutnya. Tapi jangan salah, Tintin di Soviet ini harus dibaca pertama, apalagi bagi yang belum pernah membaca Tintin sebelumnya dan mau berkenalan secara pas. Biarpun gambarnya megal-megol, ekspresi Tintin yang lugu tapi selalu percaya diri bisa dirasakan disini. Oh iya, nama anjing Tintin bukan lagi Snowy tetapi diganti menjadi Milo sesuai versi Perancisnya (Milou).

“Tintin di Congo” membawa kita bertualang bersama Tintin ke Afrika. Komiknya sudah berwarna dan gambarnya juga sudah seperti yang biasa kita lihat sebelumnya. Di cerita ini Tintin agak ‘sadis’ karena membunuh hewan dengan senapan. Meskipun tidak kalah lucu, tapi saya jadi takut kalau Tintin disomasi grup perlindungan hewan atau para penyayang binatang.

“Tintin di Amerika” harus ‘bersentuhan’ dengan gangster Al Capone penguasa Chicago. Tintin mengejar satu anak buah Al Capone yang bernama Bobby Smiley hingga ke Redskin City tempat suku Indian Barfoot bermukim. Seperti Lucky Luke, Tintin pun harus berhadapan dengan para koboi pencari minyak yang dengan semena-mena mengusir suku Indian dengan paksa dan mengubah tanah mereka menjadi kota moderen dalam hitungan satu malam saja!

Dalam “Cerutu Sang Firaun” sebenarnya Tintin sedang berlibur. Namun seperti biasa, tanpa sengaja ia terseret ke dalam lingkungan penjahat. Kali ini Tintin berkenalan dengan agen polisi rahasia Dupond & Dupont (dulu Thomson & Thompson) dan pedagang keliling Oliveira da Figueira. Yang paling lucu adalah ketika Tintin dimaki-maki Sheik Patrash Pasha di Padang gurun Mesir, Sheik berubah 180% ketika Tintin memberi tahu namanya. Ternyata Sheik adalah penggemar petualangan Tintin! Ia punya komik “Tintin Perjalanan ke Bulan”.

Setelah berurusan dengan narkoba di cerita sebelumnya, dalam “Lotus Biru” Tintin masih juga bertemu dengan geng penjahat penyelundup narkoba yang sama, yang juga merajalela di Cina. Di Shanghai, mau tidak mau Tintin ikut terjebak dalam petikaian politik antara Cina-Jepang yang membuatnya dicurigai sebagai mata-mata. Untungnya bos narkoba yang dicari-cari bisa tertangkap, siapa lagi kalau bukan musuh yang berlagak jadi kawan, Tuan Roberto Rastapopoulos! Nama Tintin bisa bersih kembali.

Lanjut ke “Kuping Belah”, Tintin bertualang untuk mencari patung antik yang dicuri dari museum. Patung ini adalah totem milik suku Arumbaya dari pedalaman Amerika Selatan. Pada saat itu Amerika Selatan sedang dalam kondisi revolusi. Pada kemenangan Jenderal Alcazar, Tintin sempat pula diangkat menjadi Kolonel. Ketika terjadi rebutan berlian diatas kapal antara Tintin dan 2 orang penjahat, ketiganya jatuh ke Laut. Tintin berhasil mencapai pelampung penyelamat, sedangkan kedua penjahat terkaget-kaget bertemu dengan malaikat hitam bertanduk. Menurutku, cara ini unik dan tidak terkesan mengerikan untuk menggambarkan kematian.

Huahhh… Tapi saya kangen nonton Tintin lagi!


Responses

  1. hai..
    cool tuylisanya tentang s jambul…

  2. alussh..memang komik tintin..ngangenin..yooo

  3. salam kenal, awalnya sy cuma mau browse gambar tintin. eh, malah nemu blog anda. ternyata tulisannya banyak yg bagus…saya add di link saya yah..thx

  4. iya bagus klaw bisa gambar tin – tin di banyakin kakak n_n ,oh ya salam kenal N_N


Leave a reply to kangheru24 Cancel reply

Categories